Welcome to blog of lurik-pedan. Here we provide a variety of Pedan's weaving products, already well known throughout the archipelago and worlwide. In addition to producing fabrics with traditional motifs, we also produce ethnic motifs from different areas but we still maintain the Pedan typical. weaving centers in the Pedan Village, about 10 kilometers from the city of Klaten. District of Klaten make Pedan as places to fabrics dan fashion tour.
'LURIKISASI' SERAGAM KARYAWAN PEMKAB TERKENDALA ; Tinggal 2 Perajin Lurik Pedan yang Bertahan |
Upaya lurikisasi seragam dinas karyawan Pemkab Klaten akan mengalami hambatan. Khususnya kapasitas produksi lurik tradisional Pedan tidak bisa secepatnya memenuhi kebutuhan sekitar 17.000 karyawan. Sedangkan perajin lurik yang masih bertahan sekarang ini tinggal sekitar dua perajin saja, dengan jumlah alat tenun bukan mesin (ATBM) yang terbatas pula. Salah seorang perajin lurik di Kedungan Pedan, Ny Rahmat mengemukakan, tinggal dua perajin yang masih nguri-uri lurik ATBM di Pedan, yakni ia dan Ny Diro. Kebijakan bupati tersebut disambut baik, minimal memberikan harapan cerah bagi dua perajin tersebut. Namun, ia mengaku tidak mampu melayani apabila pesanan datang bersamaan. "Kalau bertahap bisa, tetapi kalau sekaligus dalam jumlah besar sulit terpenuhi," kata Ny Rahmat. Menurut Ny Rahmat, sudah ada beberapa karyawan Pemkab Klaten, di antaranya Camat Wedi yang menanyakan dan bermaksud memesan dalam jumlah cukup lumayan. Namun kendala utama yang dihadapi, kapasitas produksi ATBM sangat tergantung dari tenaga manusia, atau tidak bisa dipaksakan seperti mesin. Bahkan pada saat-saat musim panen, banyak tenaga yang tidak masuk, sehingga sering terlambat memenuhi order. Ny Rahmat sendiri kini tinggal memiliki 50 ATBM, pada musim panen ini hanya 20 karyawan yang masuk kerja, lainnya memilih untuk bekerja di sawah. Menurut Ny Rahmat, untuk membangkitkan kembali kejayaan lurik Pedan agak sulit. Hal itu dikarenakan peralatan milik para perajin sudah banyak yang dijual. ATBM yang terbuat dari kayu jati tersebut sudah banyak yang dijadikan bangunan rumah. "Mau bangkitkan lagi susah, alatnya sudah banyak yang dijual," kata Ny Rahmat pula. Sebelumnya keluarga Rahmat menekuni lurik, termasuk tiga anaknya. Namun tiga anaknya tersebut berhenti di tengah jalan, karena prospek lurik ketika itu suram. Untungnya peralatan masih ada, sehingga kini mereka berusaha untuk bangkit kembali. Salah satu anaknya, Arif Purnawan akan membuka usaha lurik di Beji, Pedan, dengan menghidupkan sebanyak 15 ATBM yang selama ini nganggur. Sebelumnya Bupati Klaten Sunarno SE mengeluarkan surat edaran agar seluruh karyawan Pemkab Klaten mengenakan lurik Pedan sebagai seragam pada hari Kamis. Hal ini dimaksudkan untuk mengangkat potensi ekonomi daerah tersebut. |
Label: Daily Articles
0 Comments:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment